HIDUP
BERAWAL DARI MIMPI
oleh: Henggar Dimas P
Kehidupan
yang sukses adalah kehidupan yang paling diinginkan oleh semua orang. Semua
orang salalu bermimpi untuk memperoleh kehidupan yang sukses. Tapi banyak orang
juga yang enggan untuk memimpikan suatu hal atau cita-cita karna hanya membuang-waktu
saja. Padahal bagiku memimpikan suatu cita-cita itu sangat penting. Karena aku
beranggapan bahwa hidup itu berawal dari mimpi, karena dari mimpi semua hal
dapat terjadi. Kita harus berani memimpikan sesuatu, karena dari mimpi itu kita
dapat mengkonsep sesuatu. aku beranggapan seperti ini karena aku pernah
mengalami sendiri.
Pada
saat itu ketika aku masih kecil dan belum mengerti apa-apa orang tuaku
mengajariku segala hal, dari hal yang sepele hingga hal yang besar. Hingga tiba
pada suatu saat ketika aku dan ayuhku berada diruang tamu terdengar dengan
tegas dan lantang sebuah kalimat terucap dari bibir ayahku.
“Nak, menentukan hidup dan cita-cita
itu tidak mudah, Kita harus berani bermimpi untuk mencapai itu, karena dari
mimpi itu kita dapat mencapai cita-cita yang kita inginkan. Tapi ingat satu
hal, kamu jangan terlalu menggantungkan cita-citamu pada sebuah mimpi, kamu
juga harus berusah dan berdoa untuk menggapai mimpi itu.”
“Ya
pak.” Jawabku.
Darisitu
aku mulai mengerti bahwa hidup itu tidak mudah, kita harus berani bermimpi dan
kita juga harus berusaha untuk menggapai mimpi itu, tidak hanya itu, kita juga
harus menyertai usaha kita dengan berdoa kepada tuhan YME.
Aku
ingin sekali bermain sepak bola. Aku ingin menjadi pamain sepak bola yang
handal. Aku ingin dengan sepak bola aku bisa membuat bangga orang yang aku
kenal. Aku sangat bermimpi menjadi pemain bola yang handal, dan aku ingin
sekali mewujudkan mimpiku itu.
Pada
suatu saat ketika aku dan ayahku sedang menonton sepak bola di tv, tiba-tiba
suara ayahku memecahkan keheningan yang saat itu aku sedang asik menonton tv.
“Nak,
apakah kau ingin seperti itu?”
“Iya
pak, aku ingin menjadi pemain bola yang hebat.”
“Kau
yakin dengan itu?” Tanya ayahku.
“Iya
pak, aku sudah yakin.”
“Agar kamu menjadi mahir bermain
bola, setiap sore kamu harus rutin berlatih sepak bola.”
“Tapi aku malu dengan
teman-temanku, teman-temanku sudah mahir bermain bola, sedangkan aku belum.”
Jawabku sambil menundukan kepala.
“Begini saja, besok bapak carikan
sekolah sepak bola, kamu bisa berlatih sepak bola di sana.”
“Yang benar pak, terima kasih ya
pak.” Jawabku sambil merasa sangat senang.
Aku
merasa sangat senang dengan apa yang tadi ayahku katakan kepadaku. Aku akan
bisa bermain sepak bola. Lalu aku mulai mempersiapkan apa yang harus aku
siapkan. Tapi aku ingat dalam bermain bola aku harus menggunakan sepatu sepak
bola, sedangkan aku tidak punya sepatu sepak bola. Akhirnya pada suatu hari aku
meminta ayahku untuk membelikan sepasang sepatu sepak bola.
“Pak,
aku tidak punya sepatu bola.”
“Aku sudah tau maksudmu, aku sudah
memprsiapkan itu. Besok bapak berencana untuk membelikanmu sepasang sepatu
sepak bola.” Jawab ayah dengan memotong perkataanku yang belum selesai ku
ucapkan.
“Ha..haa..haa… bapak tau aja dengan
apa yang aku inginkan.” Jawabku sambil tertawa.
Dan
beberapa hari kemudian ayahku sudah membelikanku sepasang sepatu bola. Akupun
sudah bisa bermain sepak bola.
Lalu
tiba saatnya ayahku mengantarkanku ke sebuah tempat sekolah sepak bola. Dan
akupun didaftarkan untuk berlatih disitu.
“Permisi pak, apa disini masih
menerima anak untuk berlatih sepak bola” Tanya ayahku kepada sosok lelaki yang
tinggi besar.
“Iya pak, disini masih menerima
anak lagi, apakah bapak ingin mendaftarkan anak anda disini?”
“Iya, saya akan mendaftarkan anak
saya disini.”
“Iya pak, ini fomulirnya diisi
dulu!” kata laki-laki itu sambil menyodorkan sebuah formulir.
“Ini jadwal latihannya hari apa
saja?”
“Owh iya, hari latihannya sabtu jam
3 sore dan minggu pagi jam 8.” Jawab laki-laki itu.
“ Iya pak, ini formulirnya sudah
saya isi.”
Akhirnya
aku dan ayahkupun pulang kerumah. Aku merasa senang karena sudah diterima di sebuah
sekolah sepak bola. Dan mulai besok aku sudah bisa bermain bola. Beberapa hari
kemudian akupun sudah ikut dalam latihan itu. Aku sangat bersemangat dalam
berlatih. Hari demi hari akupun mengikuti latihan, tak terasa sudah satu bulan
lebih aku mengikuti latihan itu. Dan lama-kelamaan akupun sudah bisa bermain
bola. Aku sekarang sudah tidak malu lagi untuk bermain bola dengan
teman-temanku. Hampir setiap sore aku bermain sepak bola bersama teman-temanku
di lapangan
Pada
suatu saat di desaku akan diadakan pemilihan pemain sepak bola untuk mewakili
desaku yang akan mengikuti tournament sepak bola. Lalu aku dan teman-temankupun
mengikuti seleksi itu. Namun pada saat itu aku sangat sedih karena ada seorang
pemuda yang mengejekku.
“Hey kau, mainmu itu sangat buruk,
kau itu tidak lebih dari seorang anak kecil yang tidak tau tentang sepak bola.
Hhhhhaaaaa…haaaaa….” Ejek seorang pemuda sambil tertawa dengan senangnya.
Mendengar
ejekan itu akupun terasa sangat sedih. Dan aku merasa sangat berputus asa.
Akupun langsung pulang kerumah sambil menundukan kepala. Lalu akupun masuk
kedalam kamar. Aku hanya bisa merenung
“Aku
itu memang tidak pantas bermain bola. Aku memang bodoh.’’ Ujarku dalam hati.
Tau
aku sedang merasa sedih, ayahkupun mendekatiki dan bertanya sesuatu kepadaku.
“Kau
kenapa nak?”
“Gapapa
pak”
“Bapak
sudah tau dengan apa yang tadi sore kamu alami di lapangan.”
“Iya
pak.” Jawabku.
“Kamu tidak usah bersedih, kamu
harus terus berlatih, kamu tidak boleh putus asa agar bisa menjadi seperti
mereka.”
“Iya pak, aku akan terus berusaha,
aku akan lebih giat berlatih.”
Selanjutnya
akupun lebih giat berlatih. Setiap sore aku selalu berlatih dengan giat dan
semangat. Bermacam-macam teknik dalam sepak bola aku pelajari sendiri yang aku
dapat ketika aku menonton sepak bola di tv. Rasanya sulit untuk mempelajari
teknik dalam sepak bola. Tapi akupun salalu berusaha. Dan akhirnya lama kelamaan
sedikit demi sedikit aku sudah bisa menggunakan teknik-teknik itu.
Dan tak terasa akupun sekarang sudah
masuk SMA, aku sekarang sudah semakin matang dalam bermain sepak bola. Ketika
aku kelas sepuluh aku sudah bisa membawa kelasku masuk ke babak semifinal di
liga samansago. Walaupun itu bukan hasil yang sempurna tapi bagiku itu
sudah bagus, karna kelas kami adalah
satu-satunya kelas sepuluh yang mencapai babak semifinal.
Mulai dari situ aku mulai semangat
dalam sepak bola ditambah lagi dengan adanya seorang teman wanitaku yang sangat
mendukung aku dalam bermain sepak bola. Aku sangat mengagumi gadis itu. Karna
gadis itu sangat baik kepadaku. Dia selalu mengerti dengan apa yang aku
inginkan.
Dan
tak sadar akupun naik kelas ke kelas sebelas, aku masuk ke kelas XII IPS 1. Aku
dengan teman sekelasku selalu bermain sepak bola bersama. Aku sangat semangat
untuk bermain bola. Dan ditambah lagi si Gadis itu satu kelas denganku.
Tibalah
saatnya ketika liga Smansago digelar kembali, aku sangat semangat untuk mengikutinya.
Pertandingan demi pertandingan kami lewati dengan bersusah payah. Butuh banyak
pengorbanan untuk melewati pertandingan-pertandingan itu. Sampai kakikupun
sobek, dan akupun pergi ke dokter. Dan kakiku di jahit, akupun 4 hari tidak
masuk sekolah karna tidak bisa jalan.
Setelah
sembuh aku kembali berangkat ke sekolah, akupun sudah bisa kembali bermain
bola. Meski kakiku belum sembuh benar, aku tetap memaksakan diri untuk
mengikuti pertandingan, karena itu adalah pertandingan final. Setalah
bertanding dengan penuh semangat akhirnya kelas kamipun memenangkan
pertandingan dan menjadi juara liga
Smansago.
Aku
merasa sangat senang dan bangga dengan kemenangan ini. Ini pertama kalinya aku
dan teman-temanku menjadi juara. Dan yang lebih membuat diriku senang adalah
ketika aku dipilih sebagai pemain terbaik dalam liga Smansago. Aku sangat
bangga dengan pencapaianku itu.
Beberapa
hari kemudian aku dan teman-temanku mendapat surat tugas dari sekolah untuk
mewakili sekolah mengikuti tournament footsall. Dan disitu kamipun mendapat
juara 2. Itu adalah pencapaian pertama dalam mengikuti tournament footsall
antar sekolah se-kabupaten Kebumen. Dan kemudian aku juga mendapat surat tugas
untuk mengikuti seleksi POPDA. Ini adalah pertama kalinya aku mengikuti seleksi
POPDA. Dan akupun terpilih. Tapi sayangnya tim POPDA kami hanya mendapat juara
tiga. Tapi aku sudah sangat bersukur kepada allah.
Pada
saat aku sedang duduk sambil menonton tv, tiba-tiba handphoneku berbunyi, lalu
aku mengangkatnya. Tak disangka telephone itu adalah dari pelatih sepak bola
desaku.
“Hallo….
Assalamu’alaikum….”
“Waallaikum
salam, ada apa pak?” jawabku.
“Begini lo… besok kan desa kita
akan mengikuti tournament sepak bola, lha kamu saya suruh ikut. Mau ga?”
“Iya mau banget aku pak..” jawabku
sambil tersenyum.
Dan
akupun bisa masuk tim di desaku dan mengikuti tournament antar kabupaten.
Sebenarnya aku sangat grogi bermain dengan para senior-seniorku, tapi lama
kelamaan aku sudah terbiasa. Dan akhirnya desa kamipun bisa penjadi juara satu
dalam tournament itu. Aku sangat bangga dengan hasil itu.
Sejak
saat itu akupun selalu diberi kepercayaan untuk membela desaku. Aku percaya ini
adalah anugrah dari allah yang diberikan kepadaku. Aku yakin bahwa sebuah mimpi
dapat membuat jalan hidup seseorang. Karna hidup berawal dari mimpi, tapi kita
juga harus berusaha dan berdoa untuk menggapai mimpi itu. Dan pengorbanan
adalah sebuah usaha untuk mencapai sebuah mimpi. Kita harus yakin dengan mimpi
kita. Jangan takutlah untuk bermimpi, karna dengan mimpi semua hal dapat
terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar