Welcome to my blog !

Hello everyone, thank you for visiting my blog ^^v

Kamis, 27 Desember 2012

Contoh Analisis Karya Sastra


Analisis  Puisi “Surat Kepada Bunda” Karya WS. Rendra

Disusun utuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia 2
Dosen pengampu : Deri Anggraini, S.Pd.




Disusun Oleh:
Afifah Rizki Yunitasari (11144600103)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA 2011/2012



Surat Kepada Bunda
WS. Rendra

Mama yang tercinta
 Akhirnya kutemukan juga jodohku
 Seseorang yang bagai kau
 Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
 Serta sangat menyayangiku


Terpupuslah sudah masa-masa sepiku
 Hendaknya berhenti gemetar rusuh
 Hatimu yang baik itu
Yang selalu mencintaiku
 Kerna kapal yang berlayar
 Telah berlabuh dan ditambatkan
 Dan sepatu yang berat serta nakal
 Yang dulu biasa menempuh
 Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
 Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
 Kini telah aku lepaskan
 Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tenteram, jinak dan sederhana

Mama
 Burung dara jantan yang nakal
 Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang dan telah menemu jodohnya
 Ia telah meninggalkan kandang yang kaubuatkan
 Dan tiada akan pulang
 buat selama-lamanya

Ibuku Aku telah menemukan jodohku
 Janganlah kau cemburu
 Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
 Pada waktunya, aku mesti kaulepaskan pergi

Begitu kata alam.
Begitu kaumengerti
 Bagai dulu bundamu melepas kau
 Kawin dengan ayahku. Dan bagai
Bunda ayahku melepaskannya
 Untuk mengawinimu
 Tentu sangatlah berat
 Tetapi itu harus. Mama!
 Dan akhirnya tak akan begitu berat

Apabila telah dimengerti
Apabila telah disadari

Hari Sabtu yang akan datang
 Aku akan membawanya kepadamu
 Ciumlah kedua pipinya
 Dan panggillah ia dengan kata: Anakku!

Bila malam telah datang
 Kisahkan padanya
 Riwayat para leluhur kita
 Yang ternama dan perkasa
 Dan biarkan ia nanti
 Tidur di sampingmu

Ia pun anakmu
 Sekali waktu nanti
 Ia akan melahirkan cucu-cucumu
 Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu

Dan kepada mereka
 Ibunya akan bercerita
 Riwayat yang baik tentang nenek mereka
 Bunda bapak mereka
Ciuman abadi
 Dari anak lelakimu yang jauh.

1.      Biografi Penulis
Willibrordus Surendra Broto (Rendra) lahir di Solo pada tanggal 7 November 1935. Rendra adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik di Solo, di samping sebagai dramawan tradisional, sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Pada usia 24 tahun Rendra telah menemukan cinta pertamanya pada Sunarti Suwandi, dari wanita yang dinikahinya pada 3 maret 1959, Rendra mendapatkan lima anak. Lalu pada tahun 1970 ditemani Sunarti, Rendra melamar Sito untuk menjadi istri keduanya, dan Sito menerimanya. Satu-satunya kendala datang sari ayah Sito yang tidak mengizinkan putrinya yang beragama Islam menikah dengan pemuda Katolik. Tapi hal itu bukan halangan besar bagi Rendra, ia yang pernah menulis litany dan mazmur, serta memerankan Yesus Kristus dalam lakon drama penyaliban Cinta dalam Luka, memilih untuk mengucapkan dua kalimat syahadat pada hari perkawinannya dengan Sito.
 Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskan di kota kelahirannya itu. Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah. Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat. Ia petama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an. “Kaki Palsu” adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta.
2.      Diksi
Diksi atau pemilihan kata, yaitu pemilihan kata yang digunakan penyair untuk mencari kata yang tepat dan sesuai dengan bentuk puisi dan tema yang dikandungnya, sehingga menghasilkan jiwa penyair secara tepat. Rendra dalam puisi-puisinya cenderung menggunakan kata-kata yan bermakna polos, lugas, denotatif tetapi padat dan tepat. Meskipun demikian Rendra tidak mengesampingkan kata-kata yang bermakna konotatif, hanya saja dalam puisi Rendra yang paling dominan adalah penggunaan kata-kata bermakna denotatif. Pada puisi di atas, Rendra masih banyak menggunakan diksi yang bermakna denotatif. Namun ada juga kalimat yang bermakna konotasi. Pemakaian kata-kata yang bermakna konotatif dalam puisi Surat Kepada Bunda ini, antara lain terdapat pada “ karena kapal yang berlayar yang telah berlabuh dan ditambatkan” kata tersebut dapat diartikan sebagai hati seorang yang sudah sekian lama mencari tambatan hati yang tepat dan sekarang sudah menemukan orang yang menurutnya sangat tepat untuk dijadikan seorang istri. sedangkan pada bait “ Burung dara jantan yang nakal yang sejak dulu kau piara kini terbang telah menemui jodohnya Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan” dapat diartikan seorang anak lelaki yang dirawat sejak kecil dan sekarang telah menemukan jodohnya sehingga ia harus meninggalkan rumah orang tuanya.

3.      Tema
Tema puisi Surat Kepada Bunda adalah sebuah perjuangan seorang anak untuk mendapatkan restu dari Ibunya.

4.      Amanat Puisi Surat Kepada Bunda
Amanat  yang ingin disampaikan yaitu dari puisi Surat Kepada Bunda adalah:
a.      Hendaknya kita mengatakan segala-sesuatu dengan sejujur-jujurnya kepada Ibu sebagai orang tua kita. Seperti pada bait :

Mama yang tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau

b.      Jika memilih pendamping hidup pilihlah yang baik budi pekertinya. Terlihat pada bait:
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Serta sangat menyayangiku

c.       Sorang Ibu hendaknya mau memberikan restu ketika anaknya telah menemukan jodohnya. Amanat tersebut terlihat pada bait berikut ini:

Ibuku,
Aku telah menemukan jodohku
Janganlah kau cemburu
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
Pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi

d.      Hendaklah seorang Ibu menyayangi menantunya seperti halnya ia menyayangi anak kandungnya sendiri. Amanat tersebut terlihat pada bait berikut ini:
….
Dan akhirnya tak akan begitu berat
Apabila telah dimengerti
Apabila telah disadari
Hari sabtu yang akan datang
Aku akan membawanya kepadamu
Ciumlah kedua pipinya
Dan panggillah ia dengan kata : Anakku!

5.      Isi Puisi
Isi puisi merupakan maksud penyair yang tertuang dalam puisi. Rendra dalam puisi “Surat Kepada Bunda” ini mengungkapkan dirinya sebagai seorang pemuda yang selama ini hidup dalam naungan ibunya akhirnya telah menemukan pasangan hidupnya. Kemudian dia menceritakan sosok calon istrinya tersebut kepada ibunya. Dia berharap ibunya dapat menerima dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Surat Kepada Bunda ini mengungkapkan tentang permintan restu Rendra kepada ibundanya untuk menikahi kekasihnya dan berharap agar sang bunda menyetujui keputusannya untuk menikah. Perjuangannya untuk meminta restu amatlah berat, namun ia tetap gigih dan meyakinkan ibunya bahwa sudah saatnya ia memulai kehidupan yang baru bersama seseorang yang mencintainya.

6.      Citraan
            Citraan adalah gambaran angan atau bayangan yang timbul dalam pikiran setelah seseorang membaca karya sastra puisi. Jadi dengan adanya citraan puisi karya Rendra seolah-olah suatu kejadian itu bergerak dan dapat kita lihat, tetapi sebenarnya tidak. Dalam puisi Surat Kepada Bunda terlihat beberapa citraan, yaitu citraan penglihatan dan pendengaran.
a.      Citraan penglihatan
Contoh :
Karna kapal yang berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan
Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
Kini terbang menemui jodohnya
Bila malam telah datang
b.      Citraan pendengaran
Contoh :
Dan panggillah ia dengan kata: ‘anakku!’
Kisahkan padanya
Riwayat para leluhur kita

7.      Alat Retorika
     Alat retorika merupakan alat untuk mengungkapkan keseluruhan bentuk, dalam arti bentuk yang terjalin dari kata-kata tersebut. Contoh alat Retorika dari puisi tersebut adalah:
·         Begitu kata alam, begitu kau mengerti
·         Apabila telah dimengerti
 Apabila Telah Disadari

8.      Bunyi dalam puisi

a.       Rima (Persamaan bunyi akhir kata yang terdapat antar baris dalam satu bait, terdiri dari rima awal, tengah, dan akhir). Pada puisi di atas kebanyakan menggunakan rima akhir. Contohnya pada bait pertama :

Mama yang tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Serta sangat menyayangiku
Bait tersebut memiliki rima abbab. Selanjutnya pada bait-bait berikutnya dan seterusnya juga mempunyai rima akhir.

b.      Aliterasi (Persamaan bunyi konsonan pada satu baris puisi)
Contoh:
Terpupuslah sudah masa-masa sepiku
Telah berlabuh dan ditambatkan

c.        Asonansi (Persamaan bunyi vokal pada satu baris puisi)
Contoh:
Mama yang tercinta
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Yang ternama dan perkasa

9.      Gaya bahasa
a.       Perbandingan
Contoh :
·         Seseorang yang bagai kau
·         Dan bagai Bunda ayahku melepaskannya
Untuk mengawinimu
·         Bagai dulu bundamu melepas

b.       Personifikasi
Contoh :
·         Begitu kata alam begitu kau mengerti
·         Dan sepatu yang berat serta nakal

c.        Hiperbola
Contoh :
·         Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
 Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
·         Kini terbang dan telah menemui jodohnya


.































1 komentar:

  1. Kalau boleh berkomentar, analisis sajaknya bagus (bukan analisis puisi, karena puisi merupakan salah satu genre sastra selain prosa dan drama dan sajak merupakan spesifikasi dari puisi). Lebih bagus lagi jika ditambahkan beberapa kajian seperti latar atau setting, tokoh, karakter, point of view, alur, plot, tipografi, dan lain-lain. Maaf ya, hanya saran untuk perbaikan pada analisis karya sastra selanjutnya. Kta bisa bertukar pendapat dan kunjungi blog saya di http://bagawanabiyasa.wordpress.com/

    BalasHapus