Nama :
Afifah Rizki Yunitasari
(11144600103)
PUISI PROSAIS
Puisi Prosais adalah puisi yang ditulis dalam prosa daripada menggunakan ayat, tetapi tetap menjaga kualitas puitis seperti citra tinggi dan efek emosional. Puisi prosais terutama digunakan oleh seseorang untuk mengekspresikan
pengalaman dan suasana batin yang sublim serta kaya dengan nilai‑nilai rasa.
Misalnya: duka yang dalam, gairah cinta yang melimpah, semangat heroisme yang
berkobar‑kobar, emosi keagamaan, pengalamah
religius, dan sebagainya.
Ciri-ciri Puisi Prosais:
1.
Mengisahkan sebuah cerita dengan padat, padu ,dan indah melalui pililhan kata, larik, rima dan ritme.
2.
Argumen untuk puisi prosaic bergenre puisi menekankan perhatian yang tinggi terhadap bahasa dan penggunaan
yang menonjol dari metafora.
3.
Puisi prosa dapat diidentifikasi terutama
sebagai prosa untuk ketergantungan pada asosiasi dengan prosa naratif dan
harapan presentasi tujuan dari
kebenaran.
Contoh Puiai Prosais
CATATAN
ATAS SENJA
lalu bebatuan itu merintih. sejak kemarin
matahari
memukul-mukulkan wajahnya di bebatuan. di sungai
yang mengalirkan darahnya
kubaca keperihan dunia: aku tak tahu di mana
lagi kusimpan kesumat ini?
begitu jauh aku terdampar. di pulau yang tak lagi mengenalku
bahkan aku makin asing pada pesta kematianku yang bakal tiba
ingin kumasuk lebih dalam untuk mengaduk-aduk udara
yang beku! Tuhan, di dunia-Mu yang semarak ini kenapa
aku seperti tak mencium aroma manusia?
lalu bebatuan itu merintih. matahari memandang
garang di ujung jalan yang akan memisahkan dunia ini
dengan lain dunia. aku tak lagi paham dengan suara
merdu dan rintihmu. ketika ranjangku bertengkar
dengan maut di malam sunyi itu
inilah perjalanan panjang bagi bebatuan. setelah hari-hari
ditikam sejuta pisau waktu. tak ada lagi sesal dan harapan
udara telah membawa senyum dan tangis pelayat
ke dalam doa yang beterbangan
lalu bebatuan itu merintih. tak ada lagi senyum
yang dinyanyikan sungai, kecuali taman
menjelma tiba-tiba
memukul-mukulkan wajahnya di bebatuan. di sungai
yang mengalirkan darahnya
kubaca keperihan dunia: aku tak tahu di mana
lagi kusimpan kesumat ini?
begitu jauh aku terdampar. di pulau yang tak lagi mengenalku
bahkan aku makin asing pada pesta kematianku yang bakal tiba
ingin kumasuk lebih dalam untuk mengaduk-aduk udara
yang beku! Tuhan, di dunia-Mu yang semarak ini kenapa
aku seperti tak mencium aroma manusia?
lalu bebatuan itu merintih. matahari memandang
garang di ujung jalan yang akan memisahkan dunia ini
dengan lain dunia. aku tak lagi paham dengan suara
merdu dan rintihmu. ketika ranjangku bertengkar
dengan maut di malam sunyi itu
inilah perjalanan panjang bagi bebatuan. setelah hari-hari
ditikam sejuta pisau waktu. tak ada lagi sesal dan harapan
udara telah membawa senyum dan tangis pelayat
ke dalam doa yang beterbangan
lalu bebatuan itu merintih. tak ada lagi senyum
yang dinyanyikan sungai, kecuali taman
menjelma tiba-tiba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar