Nama: Afifah Rizki Y
Kelas : A3-11
KEBUTUHAN DAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA
A. Pengertian
Masa Remaja
Masa
remaja merupakan salah satu fase dalam rentang perkembangan manusia yang
terentang sejak anak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia. Masa remaja
mempunyai ciri yang berbeda dengan masa sebelumnya atau sesudahnya, karena
berbagai hal yang mempengaruhinya sehingga selalu menarik untuk dibicarakan. Kata
remaja diterjemahkan dari bahasa inggris adolescence atau adolecere (bahasa
latin) yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. (Rita,dkk.
2008:123).
Masa
remaja ditinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan masa peralihan dari
kanak-kanak ke masa dewasa. Sifat-sifat remaja sebagaian sudah tidak
menunjukkan sifat-sifat masa kanak-kanaknya, tapi juga belum menunjukan sifat-sifat
sebagai orang dewasa. Hurlock (1991:206), menyatakan awal masa remaja
berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh
belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai
delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa
remaja merupakan periode yang sangat singkat. Periodisasi remaja ini sifatnya
relatif karena masing-masing ahli mapun negara menggunakan pendekatan yang
berbeda-beda.
Masa
remaja pada usia 18 tahun merupakan masa yang secara hukum dipandang sudah
matang, yang merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja, seperti masa
sebelumnya memiliki ciri khusus yang membedakan masa sebelumnya dan sesudahnya.
Hurlock (1991: 207-209) menjelaskan ciri-ciri tersebut sebagai berikut:
1. Masa remaja sebagai
periode penting, karena akibatnya yang langsung
terhadap sikap dan perilaku dan akibat jangka panjangnya, juga akibat fisik dan
akibat psikologis. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan
cepatnya perkembangan mental yang cepat menimbulkan penyesuaian mental dan
membentuk sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai
periode peralihan, masa remaja merupakan peralihan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga mereka harus meninggalkan segala
sesuatu yang bersifat keanak-kanakan serta mempelajari pola prilaku dan sikap
baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan. Pada masa
ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa.
3. Masa remaja sebagai
periode perubahan, selama masa remaja terjadi
perubahan fisik yang sangat pesat, juga perubahan perilaku dan sikap yang
berlangsung pesat. Sebaliknya jika perubahan fisik menurun maka diikuti
perubahan sikap dan perilaku yang menurun juga. Menurut Hurlock, ada 4 macam
perubahan yaitu: meningginya emosi, perubahan tubuh, minat dan peran yang
diharapkan; berubahnya minat dan pola perilaku serta adanya sikap ambivalen
terhadap setiap setiap perubahan.
4. Masa remaja sebagai
masa mencari identitas, pada masa ini mereka
mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sebelumnya.
Namun adanya sifat yang mendua, dalam beberapa kasus menimbulkan suatu dilema
yang menyebabkan krisis identitas. Pada saat remaja berusaha untuk menujukan siapa
diri dan peranannya dalam kehidupan masyarakat.
5. Usia bermasalah,
karena pada masa remaja pemecahan masalah sudah tidak seperti pada masa
sebelumnya yang dibantu oleh orangtua dan gurunya. Setelah remaja masalah yang
dihadapi akan diselesaikan secara mandiri, mereka menolak bantuan dari orangtua
atau guru.
6. Masa remaja sebagai
usia yang menimbulkan ketakutan/kesulitan.
Karena pada masa remaja sering timbul pandangan yang kurang baikatau bersifat
negatif. Stereotip demikian mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap
dirinya, dengan demikian menjadikan remaja sulit untuk melakukan peralihan
menuju ke masa dewasa. Pandangan ini juga yang sering menimbulkan pertentangan
antara remaja dan orang dewasa.
7. Masa remaja sebagai
masa yang tidak realistik. Pada masa ini remaja
cenderung memandang dirinya dan orang lain sebagaimana yang diinginkanbukan
sebagaimana adanya, lebih-lebih cita-citanya. Hal ini menyebabkan emosi
meninggi dan apabila diinginkannya tidak tercapai akan mudah marah. Semakin
bertambahnya pengalaman pribadi dan sosialnya serta kemampuan berfikir rasional
remaja memandang diri dan orang lain semakin realistik.
8. Masa remaja sebagai
masa dewasa, menjelang menginjak masa dewasa,
mereka merasa gelisah untuk meninggalkan masa belasan tahunnya. Mereka belum
cukup untuk berperilaku sebagai orang dewasa, oleh karena itu mereka mulai
berperilaku sebagai status orang dewasa seperti cara berpakaian, merokok,
menggunakan obat-obatan dll, yang dipandang dapat memberikan citra seperti yang
diinginkan.
B. Kebutuhan
Remaja
Setiap
manusia melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Murray
mengelompokkan kebutuhan menjadi dua kelompok besar, yaitu viscerogenic dan psychogenic.
Kebutuhan viscerogenic adalah
kebutuhan secara fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, bernafas, dan
lain sebagainya yang berorientasi pasa kebutuhan untuk mempertahankan hidup.
Sedangkan kebutuhan psychogenic
adalah kebutuhan sosial atau social motives. Kebutuhan sosial ini merupakan
sumbangan Murray yang berpengaruh hingga sekarang. Murray mencoba memilahkan
kebutuhan sosial menjadi 20 kebutuhan:
1. Abasement
Needs (n Aba), yaitu kebutuhan untuk tidak berdaya, merendah apabila berbuat
keliru, merasa rendah diri dalam berhadapan dengan orang lain.
2. Need
For achievement (n Ach), yaitu kebutuhan berprestasi merupakan kebutuhan untuk
melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Dorongan untuk mencapai hasil yang
sebaik mungkin, dorongan untuk menyelesaikan masalah yanmg rumit dan ingin
mengerjakan sesutu lebih baik dari orang lain.
3. Neef
for Affiliation (n Aff), adalah kebutuhan untuk berhubungan dengan oralang lain
seperti teman sebaya, setia kawan.
4. Need
for Agression (n Agg), yaitu kebutuhan untuk melakukan tindakan kekerasan,
menyerang pandangan yang berbeda dengan dirinya.
5. Autonomy
Needs (n Aut), yaitu kebutuhan untuk bertindak secara mandiri.
6. Counteraction,
yaitu kebutuhan untuk mencari bentuk yang berbeda dari yang telah mapan.
7. Defendace
needs, yaitu kebutuhan yang bergantung pada diri sendiri.
8. Deference
needs (n Def), adalah kebutuhan untuk meniru orang lain, hormat kepada orang
lain.
9. Needfor
Dominance (n Dom), yaitu kebutuhan untuk menguasai lingkungan manusia.
10. Exhibition
(N Exh), yaitu kebutuhan pamer diri.
11. Harmavoidance,
yaitu kebutuhan untuk menghindari ketidaknyamanan.
12. Infavoidance,
kebutuhan untuk menghindari kegagalan.
13. Nurturance
(n Nur), yaitu kebutuhan untuk membantu orang yang memerlukan bantuan.
14. Order
(n Ord), kebutuhan untuk melakukan sesuatu secara teratur.
15. Play,
yaitu kebutuhan untuk bermain.
16. Rejection,
kebutuhan untuk menolak orang lain
17. Sentience,yaitu
kebutuhan untuk mencari dan menikmati sesuatu yang sensual.
18. Sex,
yaitu kebutuhan untuk membangun hubungan yang besifat erotis.
19. Succorance
(Suc), yaitu kebutuhan untuk mencari bantuan dari orang lain apabila mendapat
kesulitan, mencari dukungan dari orang lain.
20. Uderstanding,
adalah kebutuhan untuk menganalisis dan mencari jawaban sementara
Namun dari 20 kebutuhan-kebutuhan yang dominan
pada masa remaja adalah:
1. Need
for Affiliation (n Aff), adalah kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain
seperti teman sebaya, setia kawan, berpartisipasi dalam kelompok sebaya,
mengerjakan sesuatu untuk teman, kebutuhan untuk membentuk persahabatan baru,
dorongan untuk mencari kawan-kawan sebanyak-banyaknya, mengerjakan pekerjaan
bersama-sama. Pada usia remaja kebutuhan untuk membentuk kelompok ini terkadang
menimbulkan masalah dengan terbentuknya gang atau kelompok yang saling
bertentangan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
2. Need
for Aggression (n Agg), yaitu kebutuhan untuk melakukan tindakan kekerasan,
menyerang pandangan yang berbeda dengan diriny, menyampaikan pandangan tentang
jalan pikiran orang lain, mengecam orang lain secara terbuka, mempermainkan
orang lain, melukai perasaan orang lain, dorongan untuk membaca berita yang
menjurus pada kekerasan. Dorongan ini menyebabkan anaka remaja suka melakukan
tawuran.
3. Autonomy
Needs (n Aut), yaitu kebutuhan untuk bertindak secara mandiri, menyatakan
kebebasan diri untuk berbuat atau mengatakan apapun, bebas dalam mengambil
keputusan, melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain, menghindari
tanggung jawab atau tugas dari orang lain. Anak remaja senang menantang
pendapat orang tuanya sendiri.
4. Counteraction,
yaitu kebutuhan untuk mencari bentuk yang berbeda dari yang telah mapan,
seperti sebagai oposisi. Remaja senantiasa ingin berbeda pendapat dengan
orangtuanya, atau bahkan dengan gurunya di sekolah.
5. Need
For Dominance (n Dom), atau kebutuhan mendominasi, yaitu kebutuhan untuk
menguasai lingkungan manusia, membantah pendapat orang lain, ingin menjadi
pemimpin dalam kelompoknya, ingin selalu terpilih untuk menjadi pemimpin,
menetapkan persetujuan secara sepihak.
6. Exhibition
(N Exh) atau kebutuhan pamer diri yaitu kebutuhan untuk memamerkan diri
sendiri, menarik perhatian orang lain, memperlihatkan agar menjadi pusat
perhatian orang lain.
7. Sex,
yaitu kebutuhan untuk membangun hubungan yang bersifat erotis, tanpa pengawasan
yang terarah remaja sering terjerumus ke dalam perilaku seks bebas.
C. Tugas
Perkembangan Masa Remaja
Robert
Havighurst (Adam & Gullota, 1993) melalui perspektif psikososial
berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk
menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus. Tugas-tugas ini berkaitan
dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan
hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Tugas
perkembanga berkaitan dengan sikap, perilaku, atau ketrampilan yang seyogyanya
dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Hurlock
(1981) menyebut tugas-tugas perkembangan ini sebagai social expectations. Dalam
arti, setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai ketrampilan
tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui bagi berbagai
usia sepanjang rentang kehidupannya melalui beberapa periode atau fase-fase
perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan
yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu. Sebab, kegagalan
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu akan memperlancar pelaksanaan tugas-tugas
perkembangan pada fase berikutnya.
Menurut
Erikson, masa remaja merupakan masa
berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja,
karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada
perkembangan identitas ini. Erikson memandang pengalaman hidup remaja pada
moratorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan
dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan “siapa saya?”. Dia
mengingatkan bahwa kegagalan remaja untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini
akan berdampak tidak baik bagi perkembangan dirinya. Apabila remaja gagal dalam
mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah. Dampaknya
mereka akan mengembangkan perilaku menyimpang, melakukan kriminalitas, atau
menutup diri dari masyarakat.
Mulai
dari Erikson, banyak para ahli psikologis memandang bahwa identyty formation
(pembentukan identitas/jati diri) merupakan tugas perkembangan utama bagi remaja.
Jika remaja gagal atau tidak mendapat kepuasan dalam menjawab petanyaan ‘siapa
saya’? dan ‘Mengapa saya?’ maka mereka akan mengalami peperangan dalam dirinya.
Tugas-tugas
perkembangan merupakan ukuran atau pertanda sebagai perkembangan yang normal
dari remaja dalam mengarungi hidupnya. Ada delapan tugas perkembangan utama
yang dihadapi remaja. menurut Harvighurst, dalam Hurlock (1991:10), adalah
sebagai berikut:
1.
Memperoleh hubungan baru dan lebih
matang dengan orang lain, baik dengan remaja laki-laki maupun perempuan, pada
kelompok seusia.
2.
Mencapai peran sosial sebagai
laki-laki atau perempuan.
3.
Menerima keadaan fisiknya
sebagaimana adanya.
4.
Mencapai kebebasan emosional dari
orangtua dan orang dewasa lainnya.
5.
Mempersiapkan diri untuk hidup dalam
ikatan perkawinan dan berumah tangga.
6.
Mempersiapkan diri dalam bidang
karier.
7.
Memperoleh seperangkat nilai-nilai
dan suatu sistem etika sebagai pemandu perilaku mengembangkan suatu ideologi penuntun perilaku
pribadi.
8.
Berkeinginan dan berusaha mencapai
perilaku yang dapat dipertanggung-jawabkan secara sosial.
Setiap tugas perkembangan tersebut
secara berturut-turut dijelaskan sebagai berikut.
1.
Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan orang lain, baik dengan remaja
laki-laki maupun perempuan, pada kelompok seusia
Remaja belajar melalui usaha-usaha
untuk beriteraksi dengan orang lain dengan cara-cara yang lebih dewasa.
Kematangan fisik memainkan peranan penting dalam beriteraksi dengan
teman-teman dari kelompok sebaya. Remaja yang tingkat kematangannya lebih
rendah dari ukuran usia sebayanya akan mengalami penolakan dari kelompok
sebayanya. Keadaan ini akan diikuti dengan perilaku remaja tersebut untuk
mencari kelompok lain yang tingkat perkembangannya serupa dengan dirinya.
Remaja putri yang lebih cepat matang akan masuk ke dalam kelompok sebaya
yang memiliki kematangan fisik serupa dengan perkembangan dirinya, sehingga
memungkinkan remaja putri ini lebih cepat aktivitas seksualnya.
Pemantauan oleh orang tua akan
sangat berguna dalam menunjang arah perkembangan remaja. Namun, perlu disadari
bahwa orang tua memiliki keterbatasan dalam pemantauan ini, sebab banyak waktu
remaja dihabiskan dalam aktivitas di luar jangkauan orang tua.
2.
Mencapai peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan
Anak remaja mengembangkan definisi
mereka sendiri tentang apa yang dimaksud pria atau wanita. Bagaimanapun,
kebanyakan anak remaja menepati peran atas dasar jenis kelamin sejalan dengan
pandangan budaya bahwa kaum pria itu berperilaku tegas dan kuat, sedangkan wanita
bersifat pasif dan lemah. Duapuluh tahun terakhir ini, peran-peran ini
sudah menjadi lebih mencair. Artinya, tidak selalu peran-peran tegas harus
diambil laki-laki, sedangkan peran-peran lemah harus diambil perempuan. Sebagai
orang dewasa, kita harus menyediakan kesempatan bagi anak remaja untuk menguji
dan mengembangkanperanan sosial yang feminin atau maskulin mereka.
Sebagai contoh, kita harus mendorong remaja pria untuk menyatakan
perasaan mereka dan mendorong wanita untuk menyatakan diri mereka lebih dari
terbuka dan tegas yang mereka tak memilikinya di masa lalu.
3.
Menerima keadaan fisiknya sebagaimana adanya
Permulaan dari pubertas dan tingkat
perubahan fisik untuk anak remaja amat bervariasi. Remaja-remaja tertentu
yang dengan mudah menghadapi perubahan itu sebagian mencerminkan bagaimana
pertumbuhan fisik mereka memenuhi pertumbuhan fisik yang sempurna sebagaimana
yang diidam-idamkan para remaja laki-laki atau wanita-wanita. Sebaliknya,
remaja yang tidak memenuhi standar pertumbuhan fisik yang ideal akan banyak
memerlukan dukungan ekstra dari orang dewasa untuk meningkatkan perasaan nyaman
dan self-worth mengenai bentuk badan mereka.
4.
Mencapai kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
Anak-anak memperoleh kekuatan dari
cara-cara mereka menginternalisasikan nilai-nilai dan sikap-sikap orangtua
mereka. Cara-cara ini lambat laun mulai memudar sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak menjadi remaja. Remaja, bagaimanapun, harus menggambarkan
kembali sumber kekuatan mereka dari kekuatan pribadi dan bergerak ke arah
kepercayaan pada diri sendiri. Perubahan ini akan lebih mudah jika anak remaja
dan orang tua dapat mencapai mufakat sampai batas level tertentu dari
kemerdekaan atau kebebasan yang meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai
contoh, orang tua dan anak remaja perlu menetapkan waktu jam malam dimana anak
boleh ke luar rumah. Waktu itu harus ditingkatkan ketika anak remaja kita
menjelang masa dewasa.
5.
Mempersiapkan diri untuk hidup dalam ikatan perkawinan dan berumah tangga
Kematangan di bidang seksual
merupakan basis dari tugas pengembangan remaja. Pencapaian tugas-tugas
pengembangan ini sulit sebab anak remaja seringkali bingung antara perasaan
seksual dengan keakraban yang asli. Tentu saja, tugas pengembangan ini pada
umumnya tidak dicapai sampai masa remaja akhir atau awal kedewasaan.
Dalam kaitan ini, tugas pendidikan
bukannya mempersiapkan remaja melaju ke jenjang perkawinan. Hal yang
lebih pokok adalah bagaimana remaja memiliki sikap yang tepat menghadapi
kebingungan mereka atas perasaan-perasaan seksual dan hubungan-hubungan
interpersonal yang akrab dengan lawan jenisnya. Problema perilaku seksual
akhir-akhir ini menjadi salah satu bagian keprihatinan sebagian besarorang tua
dan pendidik pada umumnya.
6.
Mempersiapkan diri dalam bidang karier
Di dalam masyarakat kita, anak
remaja dipandang telah menjangkau status orang dewasa ketika ia bisa mendukung
dirinya sendiri dalam hal keuangan. Tugas ini telah menjadi lebih sulit
dibanding di masa lalu sebab permintaan pasar pekerjaan menuntut pendidikan dan
ketrampilan yang tinggi. Saat ini, tugas pengembangan mempersiapkan diri di
bidang karier secara umum tidak dicapai sampai masa remaja akhir atau awal
kedewasaan, setelah individu menyelesaikan pendidikannya, dan memperoleh
beberapa tingkat awal pengalaman bekerja.
7.
Memperoleh seperangkat nilai-nilai dan suatu sistem etika sebagai pemandu
perilaku mengembangkan suatu ideologi
pribadi.
Anak remaja sudah dapat berpikir
secara abstrak dan situasi yang mungkin bakal terjadi. Dengan perubahan di
dalam berpikir ini, anak remaja bisa mengembangkanseperangkat keyakinan dan
nilai-nilainya sendiri.
8.
Berkeinginan dan berusaha mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan
secara sosial
Keluarga merupakan tempat di mana
anak-anak menggambarkan atau mendefinisikan diri mereka dan dunia
mereka sendiri. Sementara itu, remaja mendefinisikan atau menggambarkan diri
mereka dan dunia mereka dari peranan sosial yang baru mereka jalani. Status
remaja di dalam masyarakat, di luar dari keluarga merupakan suatu keberhasilan
yang penting bagi masa remaja akhir dan orang dewasa awal. Remaja dan orang
dewasa awal sebagai anggota masyarakat yang lebih luas melalui keterlibatan
mereka dalam ketenagakerjaan (dimana mereka memiliki kemerdekaan dalam
bidang keuangan) dan kemerdekaan emosional dari orang tua.
Tugas
perkembangan masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku
anak. Akibatnya hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang diharapkan
untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka
yang matangnya terlambat. Tugas perkembangan sifatnya tidak universal, namun
sangat tergantung dari budaya setempat, sehingga ada kemungkinan tugas perkembangan
tersebut diatas ada yang tidak berlaku untuk kultur bangsa indonesia.
.
DAFTAR
PUSTAKA
Hurlock,
E.B. 1991. Psikologi Perkembangan. Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa Istiwidayanti. Jakarta:
Erlangga.
Izzaty,
Rita Eka.,dkk. 2008. Perkembangan Peserta
Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Sumantri,
Mulyani.,dan Syaodih, Nana. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Universitas Tebuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar