Welcome to my blog !

Hello everyone, thank you for visiting my blog ^^v

Kamis, 27 Desember 2012

Teori Freud Mengenai Kepribadian



Teori Freud Mengenai Kepribadian
Disusun utuk memenuhi tugas mata kuliah Kepribadian Anak





Disusun oleh:

       1.     Afifah Rizki Yunitasari                      (11144600103)
 2. Awaludin Asiyanto                        (1144600082)
3. Bibit Dwi Prastyorini                  (11144600104)



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2013



A.         Pokok-pokok Teori Freud Mengenai Kepribadian
Sigmund Freud adalah seorang dokter muda dari Wina yang mendapat julukan sebagai “Bapak Psikoanalisis. Ia berpendpat bahwa, kesadaran merupakan bagian utama bahkan terbesar yang berpengaruh terhadap kehdupan mental manusia. dan dari pernyataan tersebut ia mengemukakan bahwa alam bawah sadar (ketidaksadaran) adalah bagian terbesar yang membawa pengaruh besar pula bagi keadaan mental masing-masing individu. Sedangkan alam sadar (kesadaran) adalah sebagian kecil yang dapat membawa pengaruh terhadap keadaan mental masing-masing individu.
Salah satu contohnya adalah analisis mimpi yang juga berasal dari analisis Sigmund Freud, yang disebut dengan analisis mimpi. Ia mengemukakan bahwa dalam mimpi, seseorang sedang berada pada alam bawah sadar. Maka segala pengalaman dan keinginannya diolah kembali saat ia tidur. Sehingga orang tersebut dapat mengetahui atau mengingat kembali segala pengalaman dan keinginannya tersebut. Yang kemudian jika orang tersebut telah menuju ke alam sadar, segala keinginan atau nalurinya dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata. Maka memang benar jika alam bawah sadar memiliki peran yang sangat besar. Karena pada alam bawah sadar terdapat kekuatan-kekuatan dasar atau pokok dalam diri manusia sebelum merealisasikannya dalam bentuk perbuatan di kehidupan sehari-hari.
I.        Struktur Kepribadian
        Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
1.       Das Es (the id)
Das Es (Id) merupakan sistem yang paling pokok dan mendasari kedua system yang lainnya. Dan bisa dikatakan bahwa id merupakan pemasok energi bagi kedua sistem yang lainnya untuk melakukan segala aktifitasnya. Id merupakan dunia batin yang tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Sistem id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir Adapun kelemahan dari sistem ini adalah tidak bisa mentoleransi pasokan energi yang terlalu banyak, yang nantinya bisa menyebabkan meningkatnya tegangan saraf masing-masing individu. Namun kelebihannya, meskipun id memiliki kelemaahn ia tetap dapat mengatasinya sendiri. Yang artinya id mampu berusaha mengurangi tegangan tinggi menjadikembali ke keadaan semula.
Meningkatnya tegangan yang ada pada masing-masing individu adalah karena adanya pengaruh dari luar dan dari dalam diri manusia. pengaruh dari dalam adalah tergantung dari sifat atau pembawaan sejak lahir dari tiap individu, sedangkan pengaruh dari luar adalah pengaruh ligkungan serta pengaruh individu lainnya.
Untuk mencapai tujuan id tersebut, terdapat dua macam proses, yaitu:
o       Refleks dan reaksi-reaksi otomatis: suatu tindakan yang terjadi secara otomatis tanpa direncanakan, dan munculnya dikarenakan kebiasaan dari tiap-tiap individu yang menjalaninya. Misalnya: bersin, berkedip, dsb.
o       Proses primer (primair Vorgang), suatu proses yang bisa mengurangi tegangan dengan membentuk bayangan dari suatu objek yang melibatkan reaksi psikologi yang terperinci yang hanya berasal dari dalam jiwa individu yang mengalami tegangan tersebut. Misalnya: orang yang sedang lapar, membayangkan makanan (wishfullfillment, wensvervulling).
Salah satu contohnya lagi adalah misalkan ada seseorang yang ingin kaya. Ia akan merasa terpuaskan jika berkhayal atau bermimpi memiliki harta yang berlimpah ruah, hidup mewah tanpa terlalu bersusah payah mencarinya, dsb. Dari situlah awalnya dapat dikatakan id adalah sistem yang dapat mengurangi tegangan.


2.       Das Ich (the ego)
                Das Ich adalah aspek psikologis, merupakan suatu sistem yang menjembatani sistem id untuk mencapai tujuannya. Jadi, ego adalah sebagai pengarah keinginan atau naluri-naluri yang ada di dalam jiwa manusia ke dalam kehidupan nyata. Dengan pengarahan dari ego, seseorang akan berpikir sebab-sebab munculnya segala naluri dan keinginannya.Dan ego berlangsung berdasarkan pada kenyataan atau realita.
Sistem sekunder menyusun rencana untuk memuaskan segala keinginan, serta menguji apakah keinginan-keinginan tersebut dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata atau tidak, jadi paad intinya ego adalah menuntut seseorang untuk berpikir.
Di dalam id dan ego sering terjadi konflik karena ego menghambat proses perefleksian naluri-naluri yang berasal dari id. Menghambat di sini dalam artian, ego tidak menghanbat naluri-naluri yang baik dan layak untuk direfleksikan ke dalam kehidupan nyata. Namun, ego berusaha menghambat naluri-naluri yang tidak layak untuk dan tidak dapat diterima oleh lingkungan.

3.       Das Ueber Ich (the super ego)
                Das Ueber Ich adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang dimasukkan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan larangan. Das Ueber Ich lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu Das Ueber Ich dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsinya yang pokok ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.

Das Ueber Ich diimplikasian dalam perkembangan anak sebagai response terhadap hadiah dan hukuman yang diberikan oleh orang tua (dan pendidik-pendidik yang lain). Dengan maksud untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman anak mengatur tingkah lakunya sesuai dengan garis-garis yang dikehendaki oleh orang tuanya. Das Ueber Ich sebenarnya untuk mengajarkan peserta didik atau individu terhadap berbagai aturan yang berasal dari individu lain yang berupa dorongan-dorongan untuk mengerjakan sesuatu yang positif (perbuatan baik) dan meninggalkan yang negatif (perbuatan tidak baik).
Adapun fungsi dari Das Ueber Ich (super ego) dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga aspek kepribadian, yaitu:
1.       Merintangi impuls-impuls das Es, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataanya sangat ditentang oleh masyarakat,
2.       Mendorong das Ich untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada realistis,
3.       Sebagai pendukung semua individu untuk mencaapi kesempurnaan dan keseimbangan hidup.

B.         Dinamika Kepribadian
Menurut Freud, energi yang terdapat pada diri manusia adalah energi yang kompleks diperoleh dari makanan dan digunakan untuk berbagai aktivitas, seperti: bernapas, kontraksi otot-otot, berpikir, mengamati, mengingat, dan sebagainya. Energi manusia hanya dapat dibedakan berdasarkan pada system penggunaannya yaitu: aktivitas fisik disebut energi fisik, dan energi yang digunakan untuk aktivitas psikis  disebut energi psikis. Namun energi fisik dapat diubah menjadi energi psikis. Dan yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dan naluri-nalurinya (instink).
Naluri (instink) merupakan sumber perangsang bawaan yang berasal dari keadaan tegang dan terangsang pada tubuh yang disebabkan oleh munculnya keinginan atau kebutuhan yang menjadi alasan. Naluri memiliki peranan yang lebih penting daripada pengaruh rangsangan dari luar. Naluri juga dapat diartikan sebagai sejumlah energi psikis yang dipergunakan untuk menentukan keprbadian.
Naluri pada tiap-tiap individu dapat berubah-ubah objeknya karena energi psikis dapat dibalik arahkan terhadap objek lain. Naluri merupakan bentuk pengurangan tegangan yang tiba-tiba meingkat dalam keadaan peka. Naluri selalu berusaha menjaga keseimbangan organisme dengan memperbaiki dan mengatasi keadaan kekurangan akan kepuasan.
Suatu instink adalah sejumlah energy psikis; kumpulan dari semua instink-instink merupakan keseluruhan daripada energy psikis yang dipergunakan oleh kepribadian. Sebagaimana telah disebutkan di muka das Es adalah reservoir energi ini, serta merupakan kedudukan instink-instink pula. Dan Es dapat dimisalkan sebagai dynamo yang memberikan tenaga oenggerak kepada kepribadian; tenaga itu diasalkan dari proses metabolism di dalam tubuh. Suatu instink itu mempunyai emoat macam sifat, yaitu:
a.       Sumber instink
Yang menjadi sumber instink yaitu kondisi jasmaniah; jadi kebutuhan.

b.      Tujuan instink
Adapun tujuan instink adalah menghilangkan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energy dapat ditiadakan. Misalnya: tujuan instink adalah haus ialang menghilangkan keadaan kekurangan air, dengan cara minum.
c.       Obyek instink
Obyek instink adalah segala aktivitas yang menantarai keinginan dan terpenuhinya keinginan itu. Jadi tidak hanya terbatas pada bendanya saja, tetapi termasuk pula cara-cara memenuhi kebutuhan yang timbul karena instink itu.

d.      Pendorong atau penggerak instink
Pendorong atau penggerak instink adalah kekuatan instink itu, yang tergantung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan. Misalnya: makin haus orang (sampai batas tertentu) penggerak instink untuk minum semakin besar.

                Freud mengelompokkan instink menjadi dua kelompok, yaitu:
a.       Instink-instink hidup (naluri kehidupan)
Naluri kehidupan adalah naluri yang mengutamakan pengendalian ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Yang artinya naluri kehidupan ditujukan pada pemeliharaan hidup manusia sebagai individu dan spesies. Contoh: lapar, haus, seks.
b.      Instink-instink mati (naluri kematian)
Naluri kematian adalah naluri yang menuju pada perusakan (naluri merusak), yang artinya bahwa semua tujuan organisme adalah kembali kepada anorganis (semua proses kehidupan itu cenderung untuk kembali kepada ketetapan dunia tiada kehidupan).
C.      Distribusi dan Penggunaan Energi Psikis
Dinamika kepribadian terdiri atas energi psikis yang didistribusikan dan digunakan oleh id, ego, dan superego untuk selalu bersaing dalam penggunaan energi karena ingin menguasai atau mendapat energi yang lebih banyak dari energi lain sehingga menjadi lebih kuat.
Pada awalnya, id adalah penguasa utama atas eluruh energi psikis yang ada, dan dimanfaatkan untuk tindakan refleks dan proses primer dalam pemuasan berbagai keinginan atau kebutuhan. Namun id juga memiliki kelemahan dalam membedakan objek-objek. Yang artinya objek-objek yang masih ada dalam bayangan tidak ada bedanya dengan objek-objek nyata. Maka dari itu, untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan organisme, id membutuhkan bantuan ego.
Ego berjalan melalui proses mekanis yang disebt dengan “identifikasi”. Dan untuk melakukannya, ego mengambil energi dari id. Yang dimaksud dengan identifikasi adalah suatu prose di mana manusia harus bisa membedakan antara objek-objek dalam bayangan dengan objek-objek nyata. Dan identifikasi sebenarnya adalah hasil dari sistem ego. Karenanya ego memiliki wewenang untuk menggunakan energi psikis hanya untuk pemuasan akan kebutuhan tetapi juga untuk proses psikologis lainnya. Maka tujun dari system ego tidak lain adalah untuk menciptakan keharmonisan dalam kepribadian, yang membuat ego manusia menjalin hubungan lebih baik dan efisien dengan dunia luar.
Dan selanjutnya menunjuk pada superego. Untuk menjelaskan mekanisme identifikasi dalam penyaluran energi kepada superego, perlu adanya contoh perefleksian dari ketergantungan dari seorang anak terhadap orang tua. Seorang anak tidak memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Maka dari itu, orang tua harus berperan sebagai penyedia objek pemuas kebutuhan, dan juga sebagai penanam nilai-nilai moral, adat istiadat, dan ideal-ideal yang berlaku di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Pada intinya penguatan dan penanaman nilai-nilai moral terhadap anak, dapat menyebabkan seorang anak melakukan identifikasi terhadap orang tuanya.
Kesimpulannya, dengan adanya id, ego, dan superego yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan kepribadian antar individu.
D.      Kecemasan atau Ketakutan
Dalam dinamika kepribadian, sebagian besar fungsinya adalah untuk memuaskan kebutuhan dengan menjalin hubungan dengan objek-objek dunia luar. Namun di dunia luar terkadang terdapat bahaya yang mengancam yang menimbulkan reaksi terhadap individu yang menghadapinya berupa kecemasan atau ketakutan. Umumnya orang yang merasa terancam adalah orang yang penakut.
Freud mengemukakan bahwa ada tiga macam kecemasan pada individu, yaitu:
a)      Kecemasan realistis: kecemasan individu terhadap bahaya-bahaya yang nyata (riel) yang terjadi di dunia luar.
b)      Kecemasan neurotis: kecemasan yang terjaid jika instink-instink tidak dapat dikendalikan sehingga menyebabkan pelakunya dikenakan hukuman.
c)      Kecemasan moral: kecemasan yang muncul karena tekanan superego terhadap ego individu yang telah melakukan pelanggaran moral-moral kehidupan yang berlaku.

Adapun fungsi kecemasan atau ketakutan adalah untuk memperingatkan individu akan datangnya bahaya, yang apabila isyarat tersebut tidak diperhatikan maka kecemasan tersebut akan semakin meningkat. Bahkan isa menyebabkan ketakutan traumatis (ketakutan-ketakutan yang tidak dapat dikuasai dengan tindakan-tindakan efektif.

E.       Perkembangan Kepribadian
Freud umumnya dipandang sebagai ahli yang pertama-tama mengutamakan aspek perkembangangan (genetis) daripada kepribadian, dan terutama yang menekankan perananan yang menentukan daripada tahun-tahun permulaan masa kanak-kanak dalam meletakkan dasar-dasar struktur kepribadian. Freud berpendapat, bahwa kepribadian sebenarnya pada dasarnya telah terbentuk pada akhir tajun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Kesimpulan yang demikian itu diambilnya atas dasar pengalaman-pengalamannya dalam melakukan psikoanalisis.
Kepribadian itu berkembang dalam hubungan dengan empat macam sumber tegangan pokok, yaitu:
1.       Proses pertumbuhan fisiologis
2.       Frustasi
3.       Konflik
4.       Ancaman

a.       Identifikasi
Metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian daripada kepribadiannya. Dia belajar mereduksikan tegangannya dengan cara bertingkah laku seperti tingkah laku orang lain.
b.      Pemindahan Obyek
Apabila obyek pilihan sesuatu instink yang asli tidak dapat dicapai karena rintangan (anti-cathexis), baik rintangan dari dalam maupun dari luar, maka terbentuklah cathexis yang baru, kecuali kalau terjadi penekanan yang cukup kuat. Apabila cathexis yang baru ini juga tak dapat dipenuhi, akan terjadi cathexis yang lain pula, demikian seterusnya sampai ada obyek yang dipakai terus sampai saat habis kemampuannya untuk mereduksikan tegangan.
Selama proses pemindahan itu sumber dan tujuan instink tetap, hanya obyeknya berubah-ubah. Dalam pada itu jarang sekali obyek pengganti itu dapat member pemuasan sebesar obyek aslinya
c.       Mekanisme pertauanan das Ich
Das Ich sangat berperan bagi untuk mereduksikan ketakutan yang berlebihan. Cara demikian itu disebut mekanisme pertahanan. Bentuk-bentuk pokok mekanisme pertahanan itu adalah:
a.       Penekanan atau represi
Penekanan adalah pengertian yang mula-mula sekali dalam psikoanalisis. Sebelum Freud sampai pada perumusan teorinya mengenai das Es, das Ich dan das Ueber Ich, maka dia menganggap kepribadian itu terdiri dari tiga bagian yaitu:
1.       Alam sadar
2.       Alam prasadar
3.       Alam tak sadar
b.      Proyeksi
Mekanisme yang dipergunakan untuk mengubah ketakutan neurotis dan ketakutan moral menjadi ketakutan realistis.
c.       Pembentukan reaksi
Pembentukan reaksi adalah penggantian impuls atau perasaan yang menimbulkan ketakutan atau kecemasan dengan lawannya di ddalam kesadaran. Misalnya benci diganti dengan cinta.
d.      Fiksasi dan Regresi

Semua mekanisme pertahanan itu mempunyai kesamaan sifat yaitu:
1.       Kesemuanya itu menolak, memalsukan atau mengganggu kenyataan
2.       Kesemuanya itu bekerja dengan tidak disadari hingga orangnya yang bersangkutan tak tahu (tak menginsyafi) apa yang terjadi.

d.      Fase-fase perkembangan
Freud berpendapat bahwa anak sampai kira-kira umur lima tahun melewati fase-fase yang terdiferensiasikan secara dinamis kemudian sampai umur dua belas atau tigabelas tahun mengalami fase latent, yaitu dinamika menjadi lebih stabil. Dengan datangnya masa remaja maka dinamika menjadi stabil. Bagi Freud, masa sampai umur dua puluh tahun adalah masa yang menentukan bagi pembentukan kepribadian. Tiap fase (terutama dari lahir sampai kira-kira umur lima tahun) ditentukan atas dasar cara-cara reaksi bagian tubuh tertentu. Adapun fase-fase tersebut adalah:
a.       Fase oral 0 ; 0 sampai kira-kira 1 ; 0. Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamis.
Fase oral adalah fase perkembangan yang etrjadi pada tahun pertama dari kehidupan individu. Pada fase ini daerah erogen yang paling peka adalah mulut, yag berkaitan dengan pemuasan kebutuhan pokok seperti makanan dan air. Rangsangan yang terjadi pada mulut adalah pada saat menghisap makanan atau minumannya. Fase oral berakhir saat bayi tidak lagi memperoleh asupan gizi secara langsug dari ibunya.

b.      Fase anal: kira-kira 1 : 0 sampai kira-kira 3 ; 0. Pada fase ini cathexis dan anti cathexis berpusat pada fungsi eliminasi (pembuangan kotoran).
Fase anal merupakan tahapan perkembangan dari tahun kedua sampai ketiga dalam kehidupan. Pada fase ini energi libidal difokuskan ke daerah dubur, yang kepuasannya diperoleh dari keinginan mempermainkan atau menahan kotoran. Dari situlah orang tua harus memperkenalkanaturan-aturan kebersihan kepada anak.

c.       Fase falis; kira-kira 3.0 sampai 5;0. Pada fase ini alat-alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.
Fase falik berlangsung pada tahun keempat atau kelima. Anak-anak pada fase ini mengalami yang dinamakan dengan Oedipus complex (hasrat seorang anak yang ingin memiliki orang tua lawan jenisnya untuk memenuhi kepuasan seksualnya). Hal ini tidak akan terjadi jika ia mampu mempertahankan nilai-nilai moral yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
Setelah fase ini berakhir, anak-anak akan memasuki masa tenang (masa pubertas). Di sini anak-anak cenderung melakukan aktivitas yang non seksual, misalnya: bergaul dengan teman-temannya, menyalurkan hobinya, dan sebagainya.

d.      Fase latent: 5;0 sampai kira-kira 12;0 atau 13;0. Pada fase ini impuls-impuls cenderung ada dalam keadaan tertekan.
Pada fase ini dorongan dinamis itu seakan-akan latent, sehingga anak-anak pada masa ini secara relatif lebih mudah dididik daripada fase-fase sebelumnya dan sesudahnya.
e.      Fase pubertas: kira-kira 12;0 atau 13;0 sampai 20.0. pada masa ini impuls-impuls menonjol kembali.
Pada fase ini impuls-impuls yang selama masa sebelumnya seakan-akan latent, menonjol kembali. Dan ini membawa aktivitas-aktivitas dinamis lagi.
f.        Fase genital
Cathexis pada fase genital mula (fase falis) mempunyai sifat narcistis, artinya individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri dan orang-orang lain diinginkan hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dan kenikmatan jasmaniah itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar